Alga dan pemanasan global mungkin ada kaitannya, kata para peneliti. Pertumbuhan ganggang penghasil racun yang berbahaya membahayakan lingkungan, satwa liar, hewan peliharaan, dan manusia. Mereka terjadi di perairan tawar dan lautan.
Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan alga yang berbahaya?
Alga adalah tumbuhan yang sangat sederhana yang menjadi dasar jaring makanan akuatik. Mereka tumbuh di air dan melakukan fotosintesis seperti tumbuhan lainnya. Dalam kondisi tertentu, alga tumbuh dengan cepat dan membentuk bunga-bunga besar.
Beberapa pertumbuhan alga berbahaya karena menghasilkan zat beracun. Racun berpindah melalui rantai makanan, membahayakan semua jenis hewan, mulai dari plankton dan ikan besar hingga mamalia laut dan burung. Mekar dapat terjadi di laut dan danau.
Racun Bloom juga membahayakan manusia melalui kontaminasi ikan, kerang, dan air minum. Mekarnya bunga yang berbahaya berdampak pada perekonomian rekreasi dan perikanan setempat. Bahkan bunga yang tidak beracun pun bisa berbahaya karena menghabiskan semua oksigen di dalam air, sehingga membuat ikan tercekik.
Apa yang menyebabkan mekarnya alga?
Beberapa faktor bergabung untuk memicu pertumbuhan alga, meskipun mekanisme pastinya belum dipahami dengan baik. Limpasan nutrisi dari pertanian, limbah, dan air hujan memberi makan alga. Di lautan, peningkatan nutrisi juga dapat memicu proliferasi.
Nutrisi memang diperlukan, tetapi pembungaan juga membutuhkan hal lain: sinar matahari, air yang mengalir lambat, dan suhu hangat. Penyebab berkembangnya alga juga tampaknya disebabkan oleh peristiwa cuaca ekstrem. Seringkali terjadi bersamaan dengan mekarnya bunga, mungkin karena menyebabkan lebih banyak nutrisi yang masuk ke dalam air.
Perubahan iklim dan pertumbuhan alga
Bagi alga, pemanasan global bisa menjadi sebuah keuntungan. Perubahan iklim meningkatkan suhu udara dan air serta memicu cuaca yang lebih ekstrem, yang semuanya bertepatan dengan pertumbuhan alga yang berbahaya.
Studi tentang pertumbuhan alga laut yang dilakukan oleh University of Southern California, Sea Grant, menemukan bahwa kondisi pemanasan global meningkatkan frekuensi dan toksisitas pertumbuhan alga. Selain air laut yang lebih hangat, peningkatan keasaman tampaknya membuat mekarnya bunga menjadi lebih beracun. Perubahan iklim meningkatkan kadar karbon dioksida di lautan, membuat air menjadi lebih asam.
Studi yang sama menemukan bahwa faktor pemanasan global yang sama meningkatkan pertumbuhan air tawar, namun penelitian lain menemukan hasil yang berbeda. Sebuah penelitian di University of Wisconsin terhadap lebih dari 300 badan air tawar tidak menemukan tren frekuensi pertumbuhan alga selama satu dekade pengukuran di sebagian besar danau.
Studi tersebut menemukan bahwa pertumbuhan alga memburuk di danau-danau yang sudah mengalami pertumbuhan alga yang tinggi ketika mengalami peristiwa cuaca ekstrem. Ketika mereka melewati periode cuaca tenang, masalah alga berkurang. Studi ini juga menemukan bahwa danau-danau yang melakukan upaya konservasi memiliki jumlah bunga yang lebih sedikit selama bertahun-tahun.
Meskipun terdapat hasil yang beragam, secara keseluruhan nampaknya perubahan iklim akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan alga yang berbahaya.