Apa itu tanah liat? Di kalangan berkebun, lumpur jarang mendapat pujian yang layak. Namun komponen tanah berbeda-beda dalam kemampuannya mengalirkan atau menahan air, serta mempertahankan unsur hara. Mengidentifikasi lumpur dan memahami nilainya dalam tanah merupakan aspek penting dalam berkebun.
Definisi lumpur
Lumpur ditentukan oleh ukuran partikelnya. Dengan diameter antara 0,002 dan 0,05 mm, lanau menempati peringkat butiran terkecil kedua pada skala kualitas partikel, dengan tanah liat sebagai butiran terkecil dan batuan sebagai butiran terbesar.
Lumpur terbentuk ketika batuan yang lebih besar, terutama kuarsa dan feldspar, terkikis oleh angin dan air. Gletser, air yang mengalir, dan angin menggiling partikel-partikel batuan yang terkikis ini satu sama lain atau terhadap objek lain di lanskap untuk membentuk material seperti debu ini.
Sifat-sifat lumpur
Lumpur merupakan salah satu komponen tanah, sama seperti tanah liat dan pasir. Ukuran partikel lanau berada di antara tanah liat (kurang dari 0,002 mm) dan pasir (0,05 hingga 2 mm) dan berbeda dari bahan-bahan tersebut dalam hal berikut:
- Tekstur – Lumpur kering halus dan memiliki tekstur bertepung. Gumpalan lumpur kering akan mudah hancur dan terurai menjadi bubuk jika diremas dengan jari. Tanah liat kering membentuk gumpalan padat dan keras yang sulit dipecahkan. Pasirnya bertekstur kasar dan tetap gembur saat kering.
- Daya rekat – Lumpur licin atau berminyak saat basah. Ini bisa berupa cetakan, tetapi akan kehilangan bentuknya saat dilepaskan. Tanah liat memiliki sifat adhesi dan kohesif saat basah, artinya tanah liat akan menempel pada dirinya sendiri dan juga pada benda lain. Itu dapat dibentuk menjadi beberapa bentuk dan tetap seperti itu ketika tekanan dilepaskan. Pasir basah dapat dibentuk (seperti istana pasir di pantai), tetapi akan mudah hancur saat disentuh atau setelah dikeringkan.
- Bentuk – Lumpur berbentuk bulat, sedangkan partikel tanah liat cenderung datar dan lebar. Pasirnya kasar karena ujungnya tajam. Seiring waktu, ujung-ujungnya bisa rusak dan menjadi lebih halus.
- Retensi Kelembapan – Ukuran menentukan kemampuan partikel dalam menahan air. Partikel yang lebih kecil memiliki luas permukaan yang lebih besar, sehingga memungkinkan molekul air menempel pada permukaannya. Jika dibandingkan dengan lumpur dan tanah liat, tanah liat adalah yang paling banyak menampung air dan memiliki drainase yang buruk. Pasir menampung paling sedikit air dan cepat terkuras. Lumpurnya jatuh di tengah.
- Tingkat Nutrisi – Partikel tanah liat menarik dan mengikat unsur hara, sedangkan ukuran partikel pasir yang lebih besar memungkinkan unsur hara terserap ke dalam tanah. Lumpur mempertahankan nutrisi seperti tanah liat. Karena ukurannya yang lebih besar, lanau lebih mampu memberikan aerasi dibandingkan tanah liat. Hal ini membuat nutrisi dalam lumpur lebih tersedia bagi tanaman.
Persentase lumpur di dalam tanah
Para ilmuwan menyebut tanah mengandung campuran lanau, pasir, dan lempung liat. Dengan mencampurkan ketiga komponen ini dalam proporsi yang berbeda, kemampuan tanah dalam mengalirkan air dan mempertahankan unsur hara berubah. Misalnya:
Lempung berpasir mengandung 50 hingga 70% pasir dan kurang dari 20% tanah liat. Sisanya berupa lumpur atau bahan organik. Tanah lempung berpasir memberikan aerasi dan drainase yang baik, namun memerlukan pemberian pupuk yang lebih sering karena kandungan pasirnya yang tinggi.
Tanah lempung terdiri dari 50% atau lebih partikel berukuran lanau dengan kurang dari 27% liat. Tanah lempung mampu menahan air dalam jumlah sedang dan sangat subur. Tanaman yang berasal dari daerah pegunungan atau gurun mungkin menganggap tanah lempung terlalu subur dan basah.
Tanah lempung liat mengandung kurang dari 40% tanah liat dengan 20-45% pasir dan tingkat lanau yang lebih rendah. Umumnya tanah ini bertekstur halus dengan tingkat drainase yang rendah. Mereka menahan air dalam jumlah sedang dan memiliki kesuburan rata-rata.
Lumpur = KESUBURAN
Jarang ditemukan kawasan alami dengan tanah 100% lempung, namun erosi menyebabkan sejumlah besar lumpur membentuk delta sungai dan menyimpannya di sepanjang tepi sungai. Beberapa orang percaya bahwa pertanian berasal dari tempat-tempat seperti itu.
Dikenal sebagai Bulan Sabit Subur, wilayah antara Sungai Tigris dan Efrat di Timur Tengah kaya akan lumpur. Sering disebut sebagai “tempat lahirnya peradaban”, ini adalah tempat manusia pertama mulai bercocok tanam. Tanpa lumpur, tukang kebun mungkin tidak akan mendapatkan beragam buah dan sayuran seperti yang kita tanam saat ini.